Posts

Showing posts from November, 2015

Lalaiku, rasaku, dan ibuku.

Hinanya aku, semua seakan tiada arti, Aku terlantarkan kau sesaat aku lalai, Lalai, karena letihku, karena maluku, Ampunikan aku, ya Allah.                                 Betapa rendahnya aku saat itu,                                 Betapa durhakanya aku karena rasaku,                                 Rasa, karena letihku, karena maluku,                                 Maafkan aku ibu. Hingga malam itu, Pada sebidang ruang tiga kali tiga meter, Aku tidak membelikannya nasi putih, Hiingga pagi menerkam, sengat mentari menusuk, dan senja datang, tak kunjung aku gerakkan langkah kakiku. Ibu, berjuta maafku padamu.                                 Sekarang terkenangku rasa laparmu,                                 Semua jerihmu, Keringatmu, hangatmu,                                 Dan aku sadar sekarang, meratap ditengah malam,                                 Sebagai pengantar tidurku, maafkan anakmu ini bu. Belalak mataku saat ini, Berjanji dem

Jika aku harus jujur dengan keegoisanku.....

Satu rasa malu yang mungkin dia tidak rasakan saat ini. Aku hanyalah seorang pria biasa, dan Tuhanlah yang memberi sedikit kelebihan untuk aku olah. Tuhanlah yang memberikan sedikit keberuntungan untuk aku cicipi. Yah, aku bukanlah seorang yang spesial dihadapanNya, maupun di hadapan keluargaku. Baik itu kakakku, adik-adikku, dan orangtuaku. Betapa rasa sayang itu tak terbelenggu, dan waktu yang dia punya terbuang hanya untuk memikirkan aku. Itu yang aku tangkap dari setiap puisi dan kata-kata yang ia coba ungkapkan dari dulu hingga sekarang. Entahlah mungkin aku dulu mati rasa dengan yang namanya rasa sayang, cinta atau apapun yang sejenis dengan itu. Aku tak merasakan betapa dalamnya rasa sayang yang dia miliki. Yang aku pikirkan hanya cita-citaku, keegoisanku untuk mendapatkan sesuatu. Aku tak sedikitpun memikirkan tentang yang dia rasa. Baiklah, ini hanya segelintir kisah tentang perempuan yang aku kasihi. Tak banyak yang aku tahu tentang dia. Hingga nama lengkapnya, h

Pendidikan Indonesia vs Jepang

Indonesia vs Jepang. Well, kedua negara ini sama - sama pernah dijajah oleh negara lain. Bedanya, Jepang pernah menjajah Indonesia tapi Indonesia belum pernah menjajah Jepang. Ketika Indonesia merdeka, yaitu pada 1945, Jepang malah dibombardir habis-habisan oleh sekutu. Hal tersebut ditandai dengan hancur leburnya kota Nagasaki dan Hirosima. Secara logika, bukankah Jepang dan Indonesia bisa tumbuh, berkembang dan maju bersama, karena kedua negara ini sama - sama memulai membangun fondasi mulai dari nol lagi. Namun, kenyataannya sekarang Jepang lebih jauh berlari meninggalkan Indonesia. Satu hal yang bisa mendasari pebedaan Jepang dan Indonesia, "pendidikan". Yah, hal inilah yang membedakan negara kita dan Jepang. Padahal pendidikan merupakan satu hal yang penting baik bagi kemajuan individu maupun kemajuan suatu negara. Saat itu Indonesia kurang memperhatikan pendidikan tapi Jepang menomor satukan hal ini terutama kesejahteraan guru. Selain itu, pengaruh sistem pendi

Presiden RI

Presiden Indonesia adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala pemerintahan, presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet , memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas - tugas pemerintah sehari-hari. Presiden dan Wakil Presiden menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan. Calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu sebelumnya.  Semenjak Indonesia merdeka, Indonesia telah memiliki 5 mantan presiden yaitu, Bapak Soekarno (1945 - 1967), Bapak Soeharto (1967 - 1998), Bapak B. J. Habibie (1998 - 1999), Bapak Abudarrahman Wahid (1999-2001) dan Ibu Megawati Soekarnoputri (2001 - 2004). Berdasarkan lama masa jabatan setelah lengsernya Bapak Soeharto tahun 1998, kepemerintahan Indonesia mengalami masa labil. Mengapa demikian? Semenjak itu presiden Indonesia tidak ada yang menjabat 5 ta